Mari terlebih dahulu kita menyimak beberapa hadis
dan penafsiran para ahli hadits. Dalil hadis sahih secara umum adalah:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِىِّ g أَنَّهُ قَالَ: مَا الْعَمَلُ فِى
أَيَّامِ الْعَشْرِ أَفْضَلَ مِنَ الْعَمَلِ فِى هَذِهِ
قَالُوا وَلاَ الْجِهَادُ
قَالَ وَلاَ الْجِهَادُ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ
بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ
بِشَىْءٍ (رواه البخارى رقم:969)
“Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada amal yang lebih utama daripada
amal ibadah di 10 hari Dzulhijjah
ini. Sahabat bertanya: “Apakah tidak dengan jihad? Rasulullah
Saw menjawab: “Tidak juga jihad, kecuali orang yang keluar dengan
diri dan hartanya, kemudian tidak kembali membawa apapun” (HR al-Bukhari No 969)
Dari hadis ini al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:
وَاسْتُدِلَّ بِهِ
عَلَى فَضْلِ صِيَامِ عَشْرِ ذِي
الْحِجَّةِ لِانْدِرَاجِ الصَّوْمِ
فِي الْعَمَلِ (فتح الباري لابن حجر - ج 3 / ص 390)
“Hadis ini
dijadikan dalil keutamaan puasa di 10 hari Dzulhijjah, sebab puasa masuk dalam
amal ibadah” (Fath al-Bari 3/390)
Sedangkan dalil yang secara khusus pada hari
Tarwiyah adalah:
صَوْمُ يَوْمِ التَّرْوِيَّةِ كَفَّارَةُ سَنَةٍ وَصَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ(رواه أبو الشيخ
ابن حبان في كتاب الثواب على الأعمال وابن النجار في تاريخه عن ابن عباس(
“Puasa hari
Tarwiyah menghapus dosa setahun dan Puasa ‘Arafah menghapus dosa
dua tahun” (HR Ibnu Hibban dan Ibnu an-Najjar dari
Ibnu Abbas)
Sementara dalam Madzhab Malikiyah secara tegas
dianjurkan melakukan puasa Tarwiyah:
وَفِي الْجَوَاهِرِ يُسْتَحَبُّ صَوْمُ تَاسُوْعَاءَ وَيَوْمُ التَّرْوِيَّةِ وَقَدْ وَرَدَ صَوْمُ يَوْمِ
التَّرْوِيَّةِ كَصِيَامِ سَنَةٍ وَصَوْمُ
اْلأَشْهُرِ الْحُرُمِ وَشَعْبَانَ وَعَشْرِ ذِيْ
الْحِجَّةِ وَقَدْ رُوِيَ أَنَّ صِيَامَ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا يَعْدِلُ سَنَةً (الذخيرة للقرافي 2/530)
“Di dalam kitab
al-Jawahir: Dianjurkan puasa 9 Muharram dan puasa
hari Tarwiyah. Sebab berdasarkan hadis ‘Puasa Tarwiyah
seperti puasa setahun‘. Dan puasa di Bulan Mulia, Sya’ban, 10 hari
Dzulhijjah. Dan diriwayatkan bahwa puasa sehari dari hari-hari tersebut
sama seperti puasa setahun” (adz-Dzakhirah, Syaikh al-Qarafi, 2/530 )
Dari dalil hadits dan penjelasan para ulama, bisa
disimpulkan bahwa puasa tanggal 8-9 Dzulhijjah sebagaimana yang banyak
diamalkan umat Islam adalah sunah, bukan bid’ah.
K.H.Makruf khazin.
0 komentar:
Posting Komentar