BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Meningkatkan
mutu pendidikan adalah menjadi tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam
pendidikan terutama bagi guru Madrasah Ibtidaiyah (MI), yang merupakan ujung
tombak dalam pendidikan dasar guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah orang yang
paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang
dapat bersaing di jaman pesatnya perkembangan teknologi. Guru Madrasah
Ibtidaiyah (MI) dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan,
strategi dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi
yang diajarkannya, namun masih sering terdengar keluhan dari para guru di
lapangan tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan
waktu untuk mengajarkannya semua.
Menurut pengamatan penulis, dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas penggunaan model pembelajaran yang
bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model
konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin
disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang
ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan
untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, dan sangat sesuai dengan
kurikulum yang berlaku sekarang.
Guru perlu meningkatkan mutu
pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan
memperhatikan tujuan, karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan sumber
belajar yang tersedia. Kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran
yang kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan
cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal. Hal
ini dapat dilihat dari hasil belajar IPA siswa kelas 5 di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul
Islamiyah Cibinong belum maksimal.
Rendahnya perolehan hasil belajar
mata pelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Islamiyah Cibinong
menunjukkan adanya indikasi terhadap rendahnya kinerja belajar siswa dan
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas. Untuk mengetahui
mengapa prestasi siswa tidak seperti yang diharapkan, tentu guru perlu
merefleksi diri untuk dapat mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan
siswa dalam pelajaran IPA. Sebagai guru yang baik dan profesional, permasalahan
ini tentu perlu ditanggulangi dengan segera.
Berdasarkan hal tersebut diatas,
penerapan model pembelajaran interaktif menjadi alternatif untuk dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Penelitian ini
dilakukan peneliti dengan berkolaborasi dengan guru-guru Madrasah Ibtidaiyah (MI)
di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Islamiyah Cibinong. Dengan berlolaborasi ini,
diharapkan kemampuan profesional guru dalam merancang model pembelajaran akan
lebih baik lagi dan dapat menerapkan model pembelajaran yang lebih bervariatif.
Disamping itu kolaborasi ini dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merefleksi
diri terhadap kinerja yang telah dilakukannya, sehingga dapat melakukan
perubahan dan perbaikan kualitas pembelajaran dan mengelola proses pembelajaran
yang lebih terpusat pada siswa.
Model pembelajaran interaktif sering
dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak. Model ini dirancang agar siswa
akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri (Faire
& Cosgrove dalam Harlen, 1992). Meskipun anak-anak mengajukan pertanyaan
dalam kegiatan bebas, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terlalu melebar dan
seringkali kabur sehingga kurang terfokus. Guru perlu mengambil langkah khusus
untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah pertanyaan-pertanyaan tersebut ke
dalam kegiatan khusus. Pembelajaran interaktif merinci langkah-langkah ini dan
menampilkan suatu struktur untuk suatu pelajaran IPA yang melibatkan
pengumpulan dan pertimbangan terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai
pusatnya (Harlen, 1992:48-50).
Salah satu kebaikan dari model
pembelajaran interaktif adalah bahwa siswa belajar mengajukan pertanyaan,
mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap
pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan observasi (penyelidikan).
Dengan cara seperti itu siswa atau anak menjadi kritis dan aktif belajar.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikai
masalah yang ada adalah :
- Rendahnya perolehan hasil belajar mata pelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Islamiyah Cibinong menunjukkan adanya indikasi terhadap rendahnya kinerja belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas.
- Model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya.
C.
PERUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Bagaimana meningkatkan mutu belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA di MI Hidayatul Islamiyah Cibinong ?
- Bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA di MI Hidayatul Islamiyah Cibinong?
- Bagaimana meningkatkan variasi pembelajaran melalui model pembelajran interaktif pada mata pelajaran IPA di MI Hidayatul Islamiyah Cibinong?
- Bagaimana hasil belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA di MI Hidayatul Islamiyah Cibinong?
D. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum
tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan model pembelajaran interaktif
pada pelajaran IPA dengan kerja kelompok, sebagai suatu upaya perbaikan dan
peningkatan proses pembelajaran. Secara khusus tujuan penelitian adalah sebagai
berikut :
1.
Mengetahui peningkatan mutu belajar
siswa melalui model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA di MI
Hidayatul Islamiyah Cibinong
2.
Meningkatkan motivasi belajar siswa
melalui model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA di MI Hidayatul
Islamiyah Cibinong
3.
Meningkatkan variasi pembelajaran
melalui model pembelajran interaktif pada mata pelajaran IPA di MI Hidayatul
Islamiyah Cibinong
4.
Hasil belajar siswa melalui model
pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA di MI Hidayatul Islamiyah
Cibinong
E. MANFAAT PENELITIAN
Bagi siswa pembelajaran interaktif
memberikan pengalaman baru dan diharapkan memberikan kontribusi terhadap
peningkatan belajarnya. Siswa memiliki kesadaran bahwa proses pembelajaran
adalah dalam rangka mengembangkan potensi dirinya, karena itu keberhasilan
pembelajaran sangat ditentukan oleh siswa. Disamping itu, melalui penelitian
ini siswa terlatih untuk dapat memecahkan masalah dengan pendekatan ilmiah dan
siswa didorong aktif secara fisik, mental, dan emosi dalam pembelajaran.
Bagi guru, penelitian ini diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan profesional, dan pembelajaran interaktif menjadi
alternative pembelajaran IPA untuk meningkatkan prestasi siswa. Memberikan
kesadaran guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang
disesuaikan dengan tujuan, materi, karakteristik siswa, dan kondisi
pembelajaran. Guru mempunyai kemampuan dalam merancang model pembelajaran
interaktif yang merupakan hal baru bagi guru, dan menerapkannya dalam pembelajaran
IPA.
Dengan penelitian ini, kemampuan
guru mengaktifkan siswa dan memusatkan pembelajaran pada pengembangan potensi
diri siswa juga meningkat, sehingga pembelajaran lebih menarik, bermakna,
menyenangkan, dan mempunyai daya tarik. Disamping itu penelitian ini dapat
memperkaya pengalaman guru dalam melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan refleksi diri atas kinerjanya melalui PTK.
Bagi kepala sekolah penelitian ini
dapat dijadikan masukan untuk kebijakan dalam upaya meningkatkan proses belajar
mengajar (PBM) dan meningkatkan prestasi belajar siswa serta perlunya kerjasama
yang baik antar guru dan antara guru dengan kepala sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Landasan Teori
A.
PENGERTIAN
BELAJAR
Belajar merupakan salah satu bentuk
perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu
manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya. Dengan adanya proses
belajar inilah manusia bertahan hidup (survived). Belajar secara sederhana
dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, tejadi
dalam jangka waktu waktu tertentu. Perubahan yang itu harus secara relative
bersifat menetap (permanent) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat
ini nampak (immediate behavior) tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi
di masa mendatang (potential behavior). Hal lain yang perlu diperhatikan ialah
bahwa perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman. Perubahan yang
terjadi karena pengalaman ini membedakan dengan perubahan-perubahan lain yang
disebabkan oleh kemasakan (kematangan).
B. MOTIVASI BELAJAR
1.
Pengertian Motivasi
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.[1]
Motivasi adalah suatu proses didalam individu. Pengetahuan tentang
proses ini membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan
meramalkan tingkah laku lain dari orang itu.[2]
Motivasi belajar siswa merupakan segala sesuatu yang ditujukan untuk mendorong
atau memberikan semangat kepada siswa agar menjadi lebih giat lagi dalam
belajarnya untuk memperoleh prestasi yang lebih baik lagi.[3]
2.
Tujuan Motivasi
Menurut Ngalim Purwanto secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan
motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga memperoleh hasil atau
mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru tujuan motivasi adalah menggerakkan
atau memacu para siswa agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang
diharapkan.[4]
C. MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF
Secara khusus, istilah model
diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan suatu kegiatn. Sunarwan (1991) dalam Sobry Sutikno (2004 :15)
mengartikan model merupakan gambaran tentang keadaan nyata. Model pembelajaran
atau model mengajar sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam
mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada mengajar di kelas dalam
setting pengajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar.
Model pembelajaran interaktif sering
dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak. Model ini dirancang agar siswa
akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri (Faire
& Cosgrove dalam Harlen, 1992). Meskipun anak-anak mengajukan pertanyaan
dalam kegiatan bebas, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terlalu melebar dan
seringkali kabur sehingga kurang terfokus. Guru perlu mengambil langkah khusus
untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah pertanyaan-pertanyaan tersebut ke
dalam kegiatan khusus. Pembelajaran interaktif merinci langkah-langkah ini dan menampilkan
suatu struktur untuk suatu pelajaran IPA yang melibatkan pengumpulan dan
pertimbangan terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusatnya (Harlen,
1992:48-50).
Model pembelajaran interaktif
memiliki lima langkah. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Interaktif
diawali dengan (1) persiapan, sebelum pembelajaran dimulai guru menugaskan
siswa untuk membawa hewan peliharaannya dan mempersiapkan diri untuk
menceritakan tentang hewan peliharaannya masing-masing. (2) kegiatan
penjelajahan, pada saat pembelajaran di kelas siswa lain boleh mengamati
hewan-hewan peliharaan teman-temannya dari dekat (meraba, mengelus,
menggendong) dan mereka boleh mengajukan pertanyaan. (3) pertanyaan siswa
diarahkan guru sekitar proses pemeliharaannya. (4) penyelidikan, guru dan siswa
memilih pertanyaan untuk dieksplorasi lebih jauh. Misalnya siswa diminta
mengamati keadaan hewan-hewan yang tidak dipelihara, seperti dari mana mereka
memperoleh makanannya, dimana mereka tidur, punya nama atau tidak, bagaimana kebersihannya.
(5) refleksi, pada pertemuan berikutnya di kelas dibahas hasil penyelidikan
mereka, dilakukan pembandingan antara hewan peliharaan dengan hewan liar untuk
memantapkan hal-hal yang sudah jelas dan memisahkan hal-hal yang masih perlu
diselidiki lebih jauh. Pada akhir kegiatan guru dapat memberikan tugas kepada
siswa untuk mengamati benda-benda di sekitar siswa untuk mengamati benda-benda
di sekitar mereka seperti buku dan tas sekolahnya.
Salah satu kebaikan dari model
pembelajaran interaktif adalah bahwa siswa belajar mengajukan pertanyaan,
mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap
pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan observasi (penyelidikan).
Dengan cara seperti itu siswa atau anak menjadi kritis dan aktif belajar.
D. KREATIVITAS
Dewasa ini istilah kreativitas atau
daya cipta sering digunakan dalam kegiatan manusia sehari-hari, sering pula
ditekankan pentingnya pengembangan kreativitas baik pada anak didik, pegawai
negeri maupun pada mereka yang berwiraswasta. Kreativitas biasanya diartikan
sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru. Ciptaan itu tidak perlu
seluruh produknya harus baru, mungkin saja gabungannya, kombinasinya, sedangkan
unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya, kombinasi baru, atau melihat
hubungan-hubungan baru antara unsur, data, atau hal-hal yang sudah ada
sebelumnya.
Kreativitas terletak pada kemampuan untuk melihat
asosiasi antara hal-hal atau obyek-obyek yang sebelumnya tidak ada atau tidak
tampak hubungannya. Seorang anak kecil asyik bermain dengan balok-balok yang
mempunyai bentuk dan warna yang bermacam-macam, setiap kali dapat menyusun
sesuatu yang baru, artinya baru bagi dirinya karena sebelumnya ia belum pernah
membuat hal yang semacam itu. Anak ini adalah anak yang kreatif, berbeda dengan
anak lain yang hanya membangun sesuatu jika ada contohnya.
Mengembangkan kreativitas dalam
pembelajaran, Gordon dalam Joice and Weill (1996) dalam E. Mulyana (2005 : 163)
mengemukakan empat prinsip dasar sinektik tentang kraetivitas. Pertama,
kreativitas merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan sehari-hari. Hampir
semua manusia berhubungan dengan proses kreativitas, yang dikembangkan melalui
seni atau penemuan-penemuan baru. Lebih jauh Gordon menekankan bahwa
kreativitas merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari dan berlangsung
sepanjang hayat. Kedua, proses kreatif bukanlah sesuatu yang misterius. Hal
tersebut dapat diekspresikan dan mungkin membantu orang secara langsung untuk
meningkatkan kreativitasnya. Secara tradisional, kreativitas didorong pleh kesadaran
yang memberi petunjuk untuk mendeskripsikan dan menciptakan prosedur latihan
yang dapat diterapkan di sekolah atau lingkungan lain. Ketiga, penemuan kreatif
sama dalam semua bidang, baik dalam bidang seni, ilmu, maupun dalam rekayasa.
Selain itu, penemuan kreatif ditandai oleh beberapa proses intelektual.
Keempat, berpikir kraetif baik secara individu maupun kelompok adalah sama.
Individu dan kelompok menurunkan ide-ide dan produk dalam berbagai hal.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
SETTING PENELITIAN
1.
Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Hidayatul Islamiah
Cibinong Bogor.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2014/2015.
Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK
memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang
efektif di kelas.
3.
Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatkan
motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif mata pelajaran IPA
kelas V Madrasyah Ibtidaiyah Hidayatul Islamiyah Cibinong.
B.
SUBJEK PENELITIAN
Dalam PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V
MI Hidayatul Islamiah Cibinong yang terdiri dari 40 siswa dengan komposisi
perempuan 21 siswa dan laki-laki 19 siswa
C.
SUMBER DATA
1.
Siswa
Untuk mendapatkan data tentang
peningkatan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif mata pelajaran
IPA Kelas V Madrasyah Ibtidaiyah Hidayatul Islamiyah Cibinong
2.
Guru
Untuk melihat efektifitas
peningkatan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif mata pelajaran
IPA Kelas V Madrasyah Ibtidaiyah Hidayatul Islamiyah Cibinong.
3.
Teman sejawat dan kolaborator
Teman sejawat dan kolabotor
dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komperhensif,
baik dari sisi siswa maupun guru.
D. METODE DAN
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data yang dilakukan
dengan teknik observasi, wawancara, dan documenter. Teknik observasi digunakan
untuk menggali berbagai kejadian, peristiwa, keadaan, tindakan yang berkaitan
dengan system yang berlangsung pada proses pembelajaran di kelas. Jadi
observasi dipakai untuk menggali data yang terlihat, terdengar, atau terasakan
dimana kesemuanya dipandang sebagai suatu hamparan kenyataan (Stuart, 1977)
yang mungkin saja diangkat sebagai aspek penting terkait dengan system
pembelajaran di sekolah.
Teknik wawancara mendalam (in depth
interview) digunakan untuk menggali apa yang ada di dalam proses pembelajarnnya
baik bagi guru maupun bagi siswa. Sedangkan documenter digunakan untuk menggali
data yang bersifat dokumen.
E. METODE ANALISIS DATA
Teknik analisis data yang akan
digunakan dalam penelitian ini dua tahap. Tahap pertama untuk data kuantitatif
dianalisis dengan statistic deskriptif selanjutnya dimaknai dengan analisis
kualiatif.
Ketika pengumpulan data berlangsung,
peneltian akan dengan sendirinya terlibat melakukan perbandingan-perbandingan
dalam rangka memperkaya data bagi tujuan konseptual, kategori dan teorisasi.
Reduksi data dilakukan untuk memastikan data terkumpul dengan selengkap mungkin
untuk kemudian dipilah-pilahkan ke dalam suatu konsep tertentu, kategori
tertentu, atau tema tertentu (Muhajir, 1989).
Kategori yang peneliti maksud adalah
skala yang digunakan untuk dapat memasukkan data sehingga data tersebut dapat
dianalisis untuk memudahkan dalam data kuantitatif. Indikator yang dimaksud
adalah seperti contoh berikut ini :
- Sangat Baik = Nilainya 5
- Baik = Nilainya 4
- Cukup = Nilainya 3
- Kurang = Nilainya 2
- Sangat Kurang = Nilainya 1
Setelah mendapatkan data dan
dianalisis maka data tersebut bisa dibaca secara deskriptif untuk memudahkan
dalam membaca laporan hasil penelitian tindakan kelas. Pada saat melakukan
penelitian siklus yang digunakan adalah dua siklus dalam dua kali pertemuan
untuk melaksanakan penelitian ini.
F.
INDIKATOR
KEBERHASILAN
Dari tahap kegiatan pada siklus I
dan II, hasil yang diharapkan adalah :
1) Siswa
memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam proses
pembelajaran IPA sebanyak ≥ 80 %.
2) Terjadi
peningkatan prestasi siswa pada mata pelajaran IPA ≥ 70 %.
[2] Wasti
soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (Jakarta:
Rineka Cipta, 1990) hal 203
[3] Purwa
Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Prespektif Baru (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012) hal 320
[4]
M. Ngalim
Purwanto, 2007, Psikologi Pendidikan,(Bandung: PT RemajaaRosdakarya) hal
73
0 komentar:
Posting Komentar