Blog Sofyan

Ahlan Wa Sahlan Wilujeng Sumping Welcome di Blog Muhamad Sofyan Semoga bermanfaat

Contoh Penelitian Tindakan Kelas Model Interaktif



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru Madrasah Ibtidaiyah (MI), yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di jaman pesatnya perkembangan teknologi. Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya, namun masih sering terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan waktu untuk mengajarkannya semua.

Menurut pengamatan penulis, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, dan sangat sesuai dengan kurikulum yang berlaku sekarang.
Guru perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar IPA siswa kelas 5 di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Islamiyah Cibinong belum maksimal.
Rendahnya perolehan hasil belajar mata pelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Islamiyah Cibinong menunjukkan adanya indikasi terhadap rendahnya kinerja belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas. Untuk mengetahui mengapa prestasi siswa tidak seperti yang diharapkan, tentu guru perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa dalam pelajaran IPA. Sebagai guru yang baik dan profesional, permasalahan ini tentu perlu ditanggulangi dengan segera.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penerapan model pembelajaran interaktif menjadi alternatif untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Penelitian ini dilakukan peneliti dengan berkolaborasi dengan guru-guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Islamiyah Cibinong. Dengan berlolaborasi ini, diharapkan kemampuan profesional guru dalam merancang model pembelajaran akan lebih baik lagi dan dapat menerapkan model pembelajaran yang lebih bervariatif. Disamping itu kolaborasi ini dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merefleksi diri terhadap kinerja yang telah dilakukannya, sehingga dapat melakukan perubahan dan perbaikan kualitas pembelajaran dan mengelola proses pembelajaran yang lebih terpusat pada siswa.
Model pembelajaran interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak. Model ini dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri (Faire & Cosgrove dalam Harlen, 1992). Meskipun anak-anak mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terlalu melebar dan seringkali kabur sehingga kurang terfokus. Guru perlu mengambil langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam kegiatan khusus. Pembelajaran interaktif merinci langkah-langkah ini dan menampilkan suatu struktur untuk suatu pelajaran IPA yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusatnya (Harlen, 1992:48-50).
Salah satu kebaikan dari model pembelajaran interaktif adalah bahwa siswa belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan observasi (penyelidikan). Dengan cara seperti itu siswa atau anak menjadi kritis dan aktif belajar.


B.     IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikai masalah yang ada adalah :
  1. Rendahnya perolehan hasil belajar mata pelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Islamiyah Cibinong menunjukkan adanya indikasi terhadap rendahnya kinerja belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas.
  2. Model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya.
C.    PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Bagaimana meningkatkan mutu belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA di MI Hidayatul Islamiyah Cibinong ?
  2. Bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA di MI Hidayatul Islamiyah Cibinong?
  3. Bagaimana meningkatkan variasi pembelajaran melalui model pembelajran interaktif pada mata pelajaran IPA di MI Hidayatul Islamiyah Cibinong?
  4. Bagaimana hasil belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA di MI Hidayatul Islamiyah Cibinong?
D.    TUJUAN PENELITIAN
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan model pembelajaran interaktif pada pelajaran IPA dengan kerja kelompok, sebagai suatu upaya perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran. Secara khusus tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui peningkatan mutu belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA di MI Hidayatul Islamiyah Cibinong
2.      Meningkatkan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA di MI Hidayatul Islamiyah Cibinong
3.      Meningkatkan variasi pembelajaran melalui model pembelajran interaktif pada mata pelajaran IPA di MI Hidayatul Islamiyah Cibinong
4.      Hasil belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA di MI Hidayatul Islamiyah Cibinong

E.     MANFAAT PENELITIAN
Bagi siswa pembelajaran interaktif memberikan pengalaman baru dan diharapkan memberikan kontribusi terhadap peningkatan belajarnya. Siswa memiliki kesadaran bahwa proses pembelajaran adalah dalam rangka mengembangkan potensi dirinya, karena itu keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh siswa. Disamping itu, melalui penelitian ini siswa terlatih untuk dapat memecahkan masalah dengan pendekatan ilmiah dan siswa didorong aktif secara fisik, mental, dan emosi dalam pembelajaran.
Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan profesional, dan pembelajaran interaktif menjadi alternative pembelajaran IPA untuk meningkatkan prestasi siswa. Memberikan kesadaran guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan, materi, karakteristik siswa, dan kondisi pembelajaran. Guru mempunyai kemampuan dalam merancang model pembelajaran interaktif yang merupakan hal baru bagi guru, dan menerapkannya dalam pembelajaran IPA.
Dengan penelitian ini, kemampuan guru mengaktifkan siswa dan memusatkan pembelajaran pada pengembangan potensi diri siswa juga meningkat, sehingga pembelajaran lebih menarik, bermakna, menyenangkan, dan mempunyai daya tarik. Disamping itu penelitian ini dapat memperkaya pengalaman guru dalam melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran dengan refleksi diri atas kinerjanya melalui PTK.
Bagi kepala sekolah penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk kebijakan dalam upaya meningkatkan proses belajar mengajar (PBM) dan meningkatkan prestasi belajar siswa serta perlunya kerjasama yang baik antar guru dan antara guru dengan kepala sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Landasan Teori
A.    PENGERTIAN BELAJAR
Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived). Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, tejadi dalam jangka waktu waktu tertentu. Perubahan yang itu harus secara relative bersifat menetap (permanent) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak (immediate behavior) tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior). Hal lain yang perlu diperhatikan ialah bahwa perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman. Perubahan yang terjadi karena pengalaman ini membedakan dengan perubahan-perubahan lain yang disebabkan oleh kemasakan (kematangan).
B.     MOTIVASI BELAJAR
1.      Pengertian Motivasi
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.[1]
Motivasi adalah suatu proses didalam individu. Pengetahuan tentang proses ini membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan tingkah laku lain dari orang itu.[2] Motivasi belajar siswa merupakan segala sesuatu yang ditujukan untuk mendorong atau memberikan semangat kepada siswa agar menjadi lebih giat lagi dalam belajarnya untuk memperoleh prestasi yang lebih baik lagi.[3]
2.      Tujuan Motivasi
Menurut Ngalim Purwanto secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru tujuan motivasi adalah menggerakkan atau memacu para siswa agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan.[4]
C.    MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF
Secara khusus, istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatn. Sunarwan (1991) dalam Sobry Sutikno (2004 :15) mengartikan model merupakan gambaran tentang keadaan nyata. Model pembelajaran atau model mengajar sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada mengajar di kelas dalam setting pengajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Model pembelajaran interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak. Model ini dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri (Faire & Cosgrove dalam Harlen, 1992). Meskipun anak-anak mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terlalu melebar dan seringkali kabur sehingga kurang terfokus. Guru perlu mengambil langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam kegiatan khusus. Pembelajaran interaktif merinci langkah-langkah ini dan menampilkan suatu struktur untuk suatu pelajaran IPA yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusatnya (Harlen, 1992:48-50).
Model pembelajaran interaktif memiliki lima langkah. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Interaktif diawali dengan (1) persiapan, sebelum pembelajaran dimulai guru menugaskan siswa untuk membawa hewan peliharaannya dan mempersiapkan diri untuk menceritakan tentang hewan peliharaannya masing-masing. (2) kegiatan penjelajahan, pada saat pembelajaran di kelas siswa lain boleh mengamati hewan-hewan peliharaan teman-temannya dari dekat (meraba, mengelus, menggendong) dan mereka boleh mengajukan pertanyaan. (3) pertanyaan siswa diarahkan guru sekitar proses pemeliharaannya. (4) penyelidikan, guru dan siswa memilih pertanyaan untuk dieksplorasi lebih jauh. Misalnya siswa diminta mengamati keadaan hewan-hewan yang tidak dipelihara, seperti dari mana mereka memperoleh makanannya, dimana mereka tidur, punya nama atau tidak, bagaimana kebersihannya. (5) refleksi, pada pertemuan berikutnya di kelas dibahas hasil penyelidikan mereka, dilakukan pembandingan antara hewan peliharaan dengan hewan liar untuk memantapkan hal-hal yang sudah jelas dan memisahkan hal-hal yang masih perlu diselidiki lebih jauh. Pada akhir kegiatan guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk mengamati benda-benda di sekitar siswa untuk mengamati benda-benda di sekitar mereka seperti buku dan tas sekolahnya.
Salah satu kebaikan dari model pembelajaran interaktif adalah bahwa siswa belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan observasi (penyelidikan). Dengan cara seperti itu siswa atau anak menjadi kritis dan aktif belajar.
D.    KREATIVITAS
Dewasa ini istilah kreativitas atau daya cipta sering digunakan dalam kegiatan manusia sehari-hari, sering pula ditekankan pentingnya pengembangan kreativitas baik pada anak didik, pegawai negeri maupun pada mereka yang berwiraswasta. Kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru. Ciptaan itu tidak perlu seluruh produknya harus baru, mungkin saja gabungannya, kombinasinya, sedangkan unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya, kombinasi baru, atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur, data, atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
Kreativitas terletak pada kemampuan untuk melihat asosiasi antara hal-hal atau obyek-obyek yang sebelumnya tidak ada atau tidak tampak hubungannya. Seorang anak kecil asyik bermain dengan balok-balok yang mempunyai bentuk dan warna yang bermacam-macam, setiap kali dapat menyusun sesuatu yang baru, artinya baru bagi dirinya karena sebelumnya ia belum pernah membuat hal yang semacam itu. Anak ini adalah anak yang kreatif, berbeda dengan anak lain yang hanya membangun sesuatu jika ada contohnya.
Mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran, Gordon dalam Joice and Weill (1996) dalam E. Mulyana (2005 : 163) mengemukakan empat prinsip dasar sinektik tentang kraetivitas. Pertama, kreativitas merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan sehari-hari. Hampir semua manusia berhubungan dengan proses kreativitas, yang dikembangkan melalui seni atau penemuan-penemuan baru. Lebih jauh Gordon menekankan bahwa kreativitas merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari dan berlangsung sepanjang hayat. Kedua, proses kreatif bukanlah sesuatu yang misterius. Hal tersebut dapat diekspresikan dan mungkin membantu orang secara langsung untuk meningkatkan kreativitasnya. Secara tradisional, kreativitas didorong pleh kesadaran yang memberi petunjuk untuk mendeskripsikan dan menciptakan prosedur latihan yang dapat diterapkan di sekolah atau lingkungan lain. Ketiga, penemuan kreatif sama dalam semua bidang, baik dalam bidang seni, ilmu, maupun dalam rekayasa. Selain itu, penemuan kreatif ditandai oleh beberapa proses intelektual. Keempat, berpikir kraetif baik secara individu maupun kelompok adalah sama. Individu dan kelompok menurunkan ide-ide dan produk dalam berbagai hal.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.         SETTING PENELITIAN
1.    Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Hidayatul Islamiah Cibinong Bogor.
2.    Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2014/2015. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.
3.    Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatkan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif mata pelajaran IPA kelas V Madrasyah Ibtidaiyah Hidayatul Islamiyah Cibinong.
B.         SUBJEK PENELITIAN
Dalam PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V MI Hidayatul Islamiah Cibinong yang terdiri dari 40 siswa dengan komposisi perempuan 21 siswa dan laki-laki 19 siswa
C.         SUMBER DATA
1.    Siswa
Untuk mendapatkan data tentang peningkatan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif mata pelajaran IPA Kelas V Madrasyah Ibtidaiyah Hidayatul Islamiyah Cibinong
2.    Guru
Untuk melihat efektifitas peningkatan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran interaktif mata pelajaran IPA Kelas V Madrasyah Ibtidaiyah Hidayatul Islamiyah Cibinong.
3.    Teman sejawat dan kolaborator
Teman sejawat dan kolabotor dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komperhensif, baik dari sisi siswa maupun guru.
D.    METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan documenter. Teknik observasi digunakan untuk menggali berbagai kejadian, peristiwa, keadaan, tindakan yang berkaitan dengan system yang berlangsung pada proses pembelajaran di kelas. Jadi observasi dipakai untuk menggali data yang terlihat, terdengar, atau terasakan dimana kesemuanya dipandang sebagai suatu hamparan kenyataan (Stuart, 1977) yang mungkin saja diangkat sebagai aspek penting terkait dengan system pembelajaran di sekolah.
Teknik wawancara mendalam (in depth interview) digunakan untuk menggali apa yang ada di dalam proses pembelajarnnya baik bagi guru maupun bagi siswa. Sedangkan documenter digunakan untuk menggali data yang bersifat dokumen.
E.     METODE ANALISIS DATA
Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini dua tahap. Tahap pertama untuk data kuantitatif dianalisis dengan statistic deskriptif selanjutnya dimaknai dengan analisis kualiatif.
Ketika pengumpulan data berlangsung, peneltian akan dengan sendirinya terlibat melakukan perbandingan-perbandingan dalam rangka memperkaya data bagi tujuan konseptual, kategori dan teorisasi. Reduksi data dilakukan untuk memastikan data terkumpul dengan selengkap mungkin untuk kemudian dipilah-pilahkan ke dalam suatu konsep tertentu, kategori tertentu, atau tema tertentu (Muhajir, 1989).
Kategori yang peneliti maksud adalah skala yang digunakan untuk dapat memasukkan data sehingga data tersebut dapat dianalisis untuk memudahkan dalam data kuantitatif. Indikator yang dimaksud adalah seperti contoh berikut ini :
  1. Sangat Baik                 =          Nilainya 5
  2. Baik                             =          Nilainya 4
  3. Cukup                         =          Nilainya 3
  4. Kurang                                    =          Nilainya 2
  5. Sangat Kurang                        =          Nilainya 1
Setelah mendapatkan data dan dianalisis maka data tersebut bisa dibaca secara deskriptif untuk memudahkan dalam membaca laporan hasil penelitian tindakan kelas. Pada saat melakukan penelitian siklus yang digunakan adalah dua siklus dalam dua kali pertemuan untuk melaksanakan penelitian ini.
F.     INDIKATOR KEBERHASILAN
Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II, hasil yang diharapkan adalah :
1)      Siswa memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam proses pembelajaran IPA sebanyak ≥ 80 %.
2)      Terjadi peningkatan prestasi siswa pada mata pelajaran IPA ≥ 70 %.



[1] Oemar malik, Proses Belajar Mengajar,( Jakarta : PT Bumi Aksara, 2001) hal 158
[2] Wasti soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1990) hal 203
[3] Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Prespektif Baru (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) hal 320
[4] M. Ngalim Purwanto, 2007, Psikologi Pendidikan,(Bandung: PT RemajaaRosdakarya) hal 73

0 komentar:

Posting Komentar

Perfil

muhamad sofyan
Lihat profil lengkapku

Members